Selasa, 30 Desember 2014

DEBU



DEBU
Sukakah kita dengan debu? Saya yakin, tidak! Ia harus disingkirkan. Apalagi di musim panas, debu akan beterbangan memenuhi berbagai tempat karena kondisi alam NTT yang memang memiliki musim kemarau yang sangat panjang. Tetapi debu sangat dinantikan juga. Di awal musim penghujan tahun ini begitu banyak yang menggambarkan tentang nikmatnya debu. Kalau membaca status di media sosial kita akan menemukan berbagai komentar tentang debu di awal musim hujan. Ada begitu banyak yang menikmati debu di musim hujan. Sangat nikmat dan memberikan kesejukan dan pengharapan. Itulah diri kita.
            Kita dibentuk oleh Allah dari debu dan Allah menghembuskan nafas hidup (Kej. 2:7). Debu yang disingkirkan, debu pula yang dibentuk menjadi ciptaan termulia. Debulah yang meberikan pengharapan akan karya Alla selanjutnya di dunia. Debulah yang diberikan tanggungjawab untuk mengelola segenap alam semesta (kej. 2:15). Tetapi harapan pada debu yang berakhir dengan tidak melaksanakan tanggungjawab sesuai perintah (Kej. 3:17). Manusia (debu) jatuh ke dalam dosa. Melakukan melebihi tanggungjawab yang diberikan oleh Tuhan. Debu kembali berada dalam keterpurukkan. Mulai merangkak lagi dari bawah. Dari dirinya sendiri. Karya manusia (debu), dimulai dari debu (tanah) dan akan kembali menjadi debu.
            Mengusahakan debu (tanah dan segenap kekayaannya) adalah mengusahakan kita (manusia). Mengelola tanah, mengelola diri sendiri. Salah mengelola diri melebihi tanggung jawab akan berkibat keterpurukan. Karena itu, janganlah kita kaget dan heran tentang berbagai bencana alam yang menimpa kita. Debu makan debu. Padahal debu itu nikmat, seperti nikmatnya debu yang masuk di hidung di musim hujan, atau halaman yang disiram. Hidupkan diri dalam karya untuk menjadikan tanah, negeri dan segenap ciptaan sebagai kesatuan yang terberkati.

Doa: Tuhan, saya debu. Saya menikmati hasil yang keluar dari debu. Terima kasih untuk berkat-Mu dari debu. Amin (yhb)

MENERIMA ROH KUDUS



..... “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu percaya?” ....... (ay. 2) Kisah 19:1-12 (KK)

MENERIMA ROH KUDUS
Pengantar
Setiap kali diakhir ibadah maupun kebaktian selalu diakhiri dengan ucapan berkat. Setiap orang diberkati dalam tiga nama yang esa: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Bahkan ada yang menerima ucapan berkat secara khusus dalam kebaktian tertentu seperti baptis, sidi atau  nikah dll. Oleh karena itu dalam diri setiap kita terdapat Allah dan karya-Nya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Penjelasan Teks
Perikop ini menceritakan tentang kedatangan Paulus di Efesus dan apa yang ia lakukan. Ay 1-7: berisi hal yang dilakukan oleh Paulus berhubungan dengan Roh Kudus. Ia bertanya tentang Roh Kudus dan orang percaya di Efesus belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus (ay. 2). Padahal kalau mereka telah percaya kepada Allah maka seharusnya kepada mereka telah diberitakan tentang Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tentang Roh Kudus mereka sama sekali belum pernah mendengar (ay. 2). Oleh karena itu, Paulus mulai mengarahkan mereka untuk menerima Roh Kudus. Rupanya mereka telah menerima baptisan Yohanes. Dalam dasar baptisan Yohanes itu Paulus mengarahkan untuk menerima baptisan dalam nama Yesus. Baptisan Yohanes adalah baptisan tanda pertobatan. Baptisan dalam nama Yesus menunjukkan tanda kepercayaan kepada Yesus yang datang setelah Yohanes. Setelah baptisan dalam nama Yesus, Paulus menumpangkan tangan atas kira-kira 12 orang Efesus dan mereka menerima Roh Kudus. Roh Kudus tercurah dan mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Lengkaplah sudah penggenalan orang Efesus tentang Allah. Allah bukan hanya di kenal sebagai Bapa dan Anak, tetapi juga Roh Kudus. Allah tidak lagi hadir secara fisik dalam diri Yesus Kristus, tetapi hadir dalam Roh-Nya yang menggerakan untuk melakukan kehendak Allah.
            Ayat 8-12 berisi kegiatan yang dilakukan oleh Paulus dalam pelayanannya di Efesus. Selama tiga bulan Paulus melakukan perkunjungan dan mengajar di rumah-rumah ibadah dan selama dua tahun, setiap hari, ia berbicara di ruang kuliah Tiranus. Ketekunan dan pengajaran Paulus membuat banyak penduduk Asia mendengar Firman Tuhan ddan banayk mujizat dilakukan oleh Allah melalui perantaraan Paulus. Allah yang berkarya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus hadir dan menyertai dalam perjalanan pelayanan Paulus.

Penerapan
Setiap waktu Allah menyertai kita (Imanuel). Penyertaaan itu berwujud dalam karya Allah sebagai Bapa, Anak dan roh Kudus. Kita selalu memohon untuk diberkati dalam ketiga nama yang esa ini. Kita percaya Allah hadir di dalam kita melalui Roh-Nya. Di dalam Roh Kudus, kita merasakan kehadiran Allah sebagai Bapa dan Anak dan sebaliknya. Ketiga-Nya tidak dapat dipisahkan. Allah berkarya dalam Roh-Nya. Apakah yang dapat terjadi bila seseorang menerima Roh Kudus? Pertama: berkata-kata dalam bahasa roh. Bahasa roh: bahasa yang diketahui dan dimengerti (bnd. Kis. 2:4,8). Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa ketika Paulus menumpangkan tangan dan kira-kira 12 orang orang menerima Roh Kudus, mereka berkata-kata dalam bahasa yang dikenal dan dimengerti oleh orang-orang sekitar. Bahasa yang tidak dimengerti akan menimbulkan kebingungan. Ini akan berakibat pada tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan bahasa roh itu. Bahasa roh harus menjadi bahasa berkat, bukan bahasa kekacauan.
            Kedua, bernubuat. Bernubuat artinya berbicara tentang sesuatu yang akan terjadi nanti dan akibatnya. Oleh karena itu, ketika Paulus menumpangkan tangannya, kira-kira dua belas orang yang menerima Roh Kudus berbicara tentang masa depan. Tetapi masa depan itu dapat terjadi, jika dimulai dari masa kini. Bernubuat tentang masa depan kebaikan, maka, buatlah kebaikan dari masa kini. Kalau berkata tentang masa depan yang penuh kejahatan, maka pastilah kejahatan itu dibiarkan terjadi dari masa kini.

Penutup
Terimalah Roh kudus yang berkarya dalam hidup kita. Terimalah dalam kepercayaan bahwa Allah yang Tritunggal berkarya melalui Roh-Nya untuk berkata-kata dalam bahasa berkat. Bahasa yang menuntun kepada kebenaran. Roh Kudus membuat kita untuk menjalani kehidupan masa kini yang berkenan kepada Allah sehingga di masa depan kita terus hidup dalam kemuliaan-Nya. (yhb)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa (ay. 20 )Markus 2:18-22 (PA)

PUASA
Puasa adalah salah satu kebiasaan warga jemaat yang sering kita jumpai, walaupun itu bukanlah sesuatu yang diwajibkan. Ini hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam waktu-waktu tertentu. Puasa yang sering dilakukan adalah untuk menggumuli sesuatu persoalan dan diharapkan dapat ditemukan jalan keluarnya. Apakah kita termasuk yang sering berpuasa?
“Mempelai laki-laki masih bersama dengan sahabat-sahabat-Nya dan karena itu mereka tidak dapat berpuasa”. Itulah inti jawaban Yesus kepada orang-orang yang bertanya kepada-Nya tentang puasa yang dilakukan oleh murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi. Seharusnya mereka berpuasa, tetapi bagi Yesus, puasa dapat dilakukan jika mempelai tidak ada lagi. Puasa memiliki pengertian untuk merendahkan diri, bukan sekedar tidak makan. Allah yang merendahkan diri, sementara hadir dalam diri Yesus (bnd. Fil. 2:5-11). Allah yang merendahkan diri memancarkan kemuliaan bagi sahabat-sahabat-Nya. Puasa yang dilakukan adalah merendahkan diri untuk tetap hidup dalam kemuliaan Allah sambil menantikan kedatangan mempelai. Sebagai mempelai perempuan, kita sementara menantikan mempelai laki-laki. Kita menantikan kedatangan Kristus. Berpuasalah. Kita sementara hidup dalam kemuliaan Allah. Waktu-waktu yang kita lalui adalah waktu rahmat Tuhan. Nikmati saat-saat itu dalam kerendahan hati.
Pertanyaan untuk direnungkan:
1.      Apakah arti puasa bagi kita?
2.      Masihkah kita hidup dengan memancarkan kemuliaan Tuhan?
3.      Apakah kita tetap hidup dalam kerendahan hati? (yhb)

Sabtu, 27 Desember 2014

Renungan Oleh : Pdt. Benjamin Nara Lulu Sekretaris Majelis Sinode GMIT

  • DI ATAS SEGALA NAMA
    Bacaan: Filipi 2:5-11 NATS: Engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Matius 1:21)
    Apabila Anda tahu dengan pasti bahwa Anda akan kehilangan suara dan tidak akan pernah dapat berbicara lagi, maka kata terakhir apa yang ingin Anda ucapkan?
    Seorang laki-laki yang menderita kanker tenggorokan akan menjalani operasi yang akan menyelamatkan hidupnya, tetapi ia akan kehilangan suaranya. Persis sebelum pembedahan dilakukan, ia meluangkan waktu bersama istrinya untuk menyatakan cintanya. Ia melakukan hal yang sama kepada putrinya.
    Kemudian, ia meminta dokter yang menanganinya untuk memberitahukan kapan persisnya obat bius akan membuatnya tidak sadarkan diri. Ketika laki-laki tersebut berbaring tenang untuk tidur, ia kemudian berkata dengan sangat jelas, "Yesus! Yesus!" Itulah kata terakhir yang dipilihnya untuk diucapkan di dalam hidup ini -- "Yesus!"
    Seberapa berartikah nama Yesus bagi kita? Nama-nama lain, seperti nama orang-orang yang kita cintai, jelas sangat besar artinya. Akan tetapi, bagi kita yang ditebus oleh kasih karunia Allah, nama Yesus adalah nama yang paling berarti. Demikian pula bagi Bapa surgawi kita. Bapa "sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada ... dan segala lidah mengaku, 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
    Di sepanjang perjalanan sisa hidup kita dan sampai selama-lamanya, marilah kita mengagungkan nama yang ajaib, yaitu Yesus --VCG
    NAMA YESUS SANGAT BERHARGA BAGI MEREKA YANG MENGENAL-NYA DAN TIDAK ADA ARTINYA BAGI MEREKA YANG MENOLAK-NYA

    Benjamin Nara Lulu
    BERBUAT BAIK
    Bacaan: 1Petrus 3:8-17 NATS: Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat (1Petrus 3:17)
    Yusuf (bukan nama sebenarnya) adalah contoh perwira militer yang terpercaya. Ia naik pangkat di angkatan bersenjata negaranya sampai ke tingkat kolonel dalam tugas khusus. Dengan pangkat ini datanglah kesempatan, yang baik maupun buruk.
    Ketika Yusuf ditempatkan di sebuah wilayah yang diguncangkan oleh perdagangan narkoba, ia berniat menegakkan keadilan di wilayah yang bermasalah ini. Ia dan pasukannya mulai menangkap para penjahat untuk melindungi masyarakat. Beberapa atasannya yang korup dan mendapat suap dari para bandar narkoba, memerintahkannya untuk menutup mata agar mereka dapat mengedarkan obat-obat terlarang itu. Berulang kali ia menolak melakukannya sampai akhirnya ia ditahan dan di penjara selama 8 tahun -- karena melakukan kebaikan.
    Sayangnya, kita hidup di dunia di mana kadang kala berbuat baik justru mengakibatkan penderitaan. Hal ini nyata bagi Yusuf; upah atas jasanya melayani rakyat adalah dipenjarakan dengan tidak adil.
    Rasul Petrus, yang juga dipenjara karena melakukan kebaikan, memahami sakit hati seperti itu. Ia memberi kita cara pandang ini: "Lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat" (1Petrus 3:17).
    Ketika Yusuf menceritakan apa yang diajarkan Allah kepadanya di penjara, saya tahu keadilan Allah tidak dapat dihalangi oleh kejahatan manusia. Berbuat baik tetap menyenangkan dalam pandangan-Nya -- bahkan ketika kita diperlakukan semena-mena oleh dunia karena melakukan kebaikan --WEC
    SUKACITA KARENA BERBUAT BAIK MUNGKIN SATU-SATUNYA UPAH YANG KITA TERIMA -- TETAPI ITU PATUT DILAKUKAN!

PERCAKAPAN NATAL “MAKNA NATAL DAN POHON NATAL”




Pdt. Yaksih A. Nuban Timo, STh, MSi[1]
Pendahuluan
Percakapan Natal ini adalah sebuah cerita yang diramu menjadi sebuah percakapan pendek untuk memudahkan anak-anak mengerti dan memahami apa itu Natal, yang dirayakan itu. Untuk kelancaran percakapan ini maka perlu disediakan sebuah pohon natal dengan ornamen-ornamennya, seperti lilin, kapas, kertas warna-warni, kembang api dan hiasan natal lainnya. Percakapan ini melibatkan guru PAR, yang akan menjadi narasumber bagi anak-anak untuk menjelaskan tentang natal dan pohon natal. Percakapan natal ini bisa menjadi sebuah cerita natal atau renungan natal sehingga tidak perlu lagi cerita atau renungan natal jika dipentaskan. Karena ia dapat berfungsi sebagai cerita natal atau renungan natal, maka bagian itu tidak perlu lagi diadakan. Selain itu ketika dipentaskan, ia juga menjadi bagian dari prosesi bakar lilin. Dalam liturgi, percakapan natal ini sebaiknya ditempatkan setelah votum, salam dan introitus dan setelah percakapan bisa langsung dilanjutkan dengan persembahan natal, doa natal dan berkat.
Adegan – Adegan
Beberapa anak sedang berkumpul di suatu ruangan (ruangan dimaksud adalah tempat penyelenggaraan kebaktian natal). Mereka rupanya sedang menunggu kehadiran guru PAR mereka. di ruangan tempat mereka menunggu, berdiri sebuah pohon natal yang belum dihiasi dengan ornamen natal. Di sekitar pohon natal itu ada ornamen natal yang masih belum dibuka tutupnya atau berserakan. Beberapa saat setelah anak-anak menunggu, muncul 2 orang guru PAR.
Guru 1     : syalom, anak-anak!
Anak-anak       : syalom ibu, syalom pak!
Guru 1     : lagi buat apa? Sudah siap mau rayakan natal ya?
Anak 1     : I ya bu…. Kami lagi menunggu waktu ibadah natal. Bu kenapa pohon natalnya belum dihias, waktu ibadahnya kan sudah dekat?
Guru 1     : ini ibu sama pak mau datang menghiasi pohon natal ini. Bantu kami ya……..
Anak-anak       : I ya bu……
== kedua guru PAR lalu mulai bekerja menghiasi pohon natal. Mereka membuka ornamen natal yang ada dan mulai membagi anak-anak dalam kelompok untuk membantu mereka, sambil bekerja percakapan pun dilakukan ==
Guru 2     :Evan dan beberapa teman bantu pak pasangan lilin ya. Tika dan kawan-kawan bantu ibu dengan kertas warna-warni itu. Sedangkan Esa dan teman-teman bagian kapasnya ya.
Anak-anak       : I ya pak………
== Anak – anak dan guru mereka mulai bekerja. Mereka begitu terlibat bersemangat dengan tugas mereka. sementara sibuk bekerja…….==
Evan        : Pak boleh bertanya?  Sebenarnya apa sih natal itu? Kenapa tiap tahun orang kristen merayakannya?
Anak-anak       : Huuuuuu, natal saja tidak tahu. Payah kamu Evan…
Guru 2     : Ah anak-anak jangan begitu sama Evan. Diakan teman kalian!
                 Evan, natal itu artinya sukacita. Disebut demikian karena memang isi natal itu adalah suatu peristiwa sukacita karena Allah yang kita sembah itu menjadi manusia, dalam diri Yesus, yang disebut Kristus atau Penyelemat itu. Peristiwa ini bukan khayalan orang kristen, tetapi benar adanya.
                 Kebenaran peristiwa ini disaksikan oleh penulis kitab Lukas dalam pasal 1:1-7. Lukas mengatakan pada saat Yesus itu lahir ada peristiwa sensus penduduk yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus, penguasa Roma, penguasa dunia waktu itu.
                 Banyak orang meragukan kebenaran ini, tetapi seorang sejarawan, Philo namanya, mengatakan bahwa perintah Agustus itu benar dan dicatat dalam sejarah Romawi.
Evan        :Kenapa disebut sukacita?
Guru 2     :Kita menyebutnya sukacita karena peristiwa natal bukan hanya sekedar peristiwa kelahiran manusia biasa, melainkan ini peristiwa kelahiran Anak Allah, yaitu Yesus. KelahiranNya sudah ditunggu-tunggu dunia, sebab jauh-jauh hari sebelum Ia lahir nabi Mikka sudah menyampaikannya. Coba siapa yang tahu bunyi Mikha 5:1?
Esa           :Saya tahu pak, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”
Guru 2     :Terima kasih Esa! Yesus ini adalah Anak Allah. Dia jadi manusia untuk menebus kita manusia yang berdosa ini supaya tidak mati dalam kebinasaan tetapi diselamatkan dan hidup bersama Allah. Dia datang bawa damai sejahtera. Damai antara kita dengan Allah, dan damai antara kita dengan teman-teman atau orang lain. karena itu kita sering sebut Dia, Raja Damai. Itu sebabnya kalau kita rayakan natal, kita mesti punya hati yang mau berdamai, mengusahakan damai dan menyediakan damai bagi siapa saja supaya damai dari Allah yang Yesus bawa itu bisa tinggal di dalam kita agar kita menikmati damai yang Ia bawa itu. 
Tika          :o.. kalau begitu kita rayakan natal ini, sama juga dengan kita rayakan hari ulang tahun, seperti yang kita buat ka?
Guru 2     :bisa dikatakan demikian.
Tika          :Tapi kenapa kalau ini sama dengan HUT kelahiran yang biasa kita rayakan, kita tidak buat kue ulang tahun, tiup lilin tapi pakai pohon natal yang banyak hiasannya?
Guru 1     :Tika, pohon natal ini adalah sebuah lambang saja tentang Yesus. Biasanya kalau HUT kelahiran kita rayakan kita buat keu UlTah lalu siapkan lilin untuk ditiup oleh yang berulang tahun. Hal itu kita buat karena yang berulang tahun ada bersama kita. Tapi kalau kita rayakan natal, Yesus secara fisik tidak bisa melihat Dia lagi. Tapi itu bukan berarti Yesus itu tidak bersama kita, Ia tetap ada bersama kita, di sini, di hati kita. Sekarang kalau kita bicarakan tentang namaNya, Ia ada di antara kita.
                 Waktu Dia masih di dunia, saat Dia mengajar, Dia juga menyebut diriNya Pohon Anggur yang benar. Karena itu pohon ini lambang akan Yesus.
Alma        :Tapi kenapa tidak pakkai pohon anggur saja supaya cocok dengan yang Tuhan Yesus sebutkan? Kenapa mesti pohon cemara atau cemara buatan yang dari plastik ini?
Guru 1     :Anak-anak, pohon ini hanya lambang saja tentang Yesus. Sebagai lambang, maka pohon apa saja bisa kita gunakan. Orang lebih banyak menggunakan pohon cemara, baik yang hidup atau plastik buatan pabrik karena jenis pohon inilah yang kita warisi dari orang-orang Belanda, yang bawa injil ke tempat kita.
                 Natal yang kita rayakan setiap tanggal 25 Desember adalah musim dingin di daerah asal Belanda. Pada musim itu banyak salju yang turun. Salju-salju itu menutupi semua pohon dengan warna putih dari salju. Tapi pohon cemara walaupun tertutup salju namun terlihat bagus dan menarik. Daun-daun hijaunya masih bisa dilihat sekalipun dipenuhi salju. Pohon cemara ini terlihat sangat cantik. Ia merupakan pohon yang sanggup bertahan hidup di cuaca yang dingin dan menarik dipandang, itu sebabnya ia yang dipilih untuk melambangkan kehidupan yang Yesus bawa.
                 Pohon apa saja bisa kita pakai untuk melambangkan Yesus. Orang Belanda dan Eropa umumnya pakai cemara. Kita di NTT bisa juga gunakan pohon lain karena ia hanya lambang saja tentang Yesus.
Alda         :Pak Guru, tiap natal saya melihat pohon natal itu dihias dengan berbagai macam benda. Ada lilin, kertas, lampu natal, kapas dan banyak lagi. Kenapa mesti dihias begitu banyak?
Guru 2     :Setiap hiasan yang menempel pada pohon natal ini ada makna. Mereka juga lambang tentang kita dan kehidupan kita.
                 Cavin, coba ambil kapas ini dan taruh beberapa bagian di pohon natal itu. Coba anak-anak lihat. Baguskan? Kapas ini benda yang ringan. Ia mudah dibawa angin ke mana pun angin itu membawanya. Begitu juga kehidupan kita. Kita ini rapuh. Kehidupan kita sangat bergantung pada orang lain. kita butuh orang lain.
                 Coba kalian ingat sejak kecil kita sudah butuh orang lain bahkan sampai kita mati pun masih butuh orang lain. untuk kehidupan setiap hari kita butuh bantuan. Demikian juga untuk keselamatan kita butuh bantuan. Karena keadaan kita yang seperti ini, maka kita membutuhkan kekuatan yang bisa menopang kita sehingga tidak lagi rapuh.
                 Kekuatan itu tidak bisa kita dapatkan dari manusia. Kita hanya bisa dapatkan dari Tuhan. Untuk bisa dapatkan dari Tuhan, maka kita mesti melekat pada Tuhan, seperti kapas ini, ketika disatukan dengan ranting pohon natal ini dia tidak lagi mudah ditiup angin.
                 Itu juga yang Tuhan Yesus katakan. Dia bilang Dialah pokok anggur yang benar dan kitalah rantingnya. Setiap ranting yang ada pada pokok anggur akan hidup dan berbuah tetapi yang menjauh akan mati. Kita butuh Tuhan dan itu dilambangkan oleh kapas-kapas yang melekat pada pohon ini. Jadi kalau mau dapatkan keselamatan, kehidupan yang diberkati, anak-anak mesti terus melekat pada Tuhan. Buat apa yang Tuhan mau dan jauhi apa yang Tuhan larang dan yang merusak masa depan kita.
Nini          :Lalu tentang kertas-kertas ini bagaimana?
Guru 1     :Lihatlah kertas-kertas ini terdiri dari banyak warna. Ada putih, merah, hijauh dan lain-lain. warna-warna kertas ini melambangkan sifat-sifat manusia yang berbeda-beda. Ada yang pendiam, pemalu, periang, cepat marah, sabar dan masih banyak lagi. Ada juga yang warna kulitnya hitam, kuning langsat, putih, coklat dan banyak lagi yang lain. semuanya berbeda-beda tapi ciptaan Tuhan. Perbedaan ini bukan sebuah masalah. bukan jadi alasan untuk kita bermusuhan dan mempersalahkan, melainkan perbedaan itu dimaksudkan untuk saling melengkapi karena masing-masing ada perannya. Kita berbeda-beda bukan untuk dipersoalkan. Perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi. Tuhan bilang laki-laki dan perempuan yang berbeda itu adalah penolong yang sepadan. Penolong yang ada untuk membantu yang lain, yang tidak bisa berfungsi dengan baik kalau tidak ditopang oleh yang lain.     Paulus yang adalah rasul Tuhan Yesus juga bilang, perbedaan itu untuk saling melengkapi, ketika ia tulis surat kepada jemaat di Korintus dan Galatia.
                 Sama seperti kertas warna-warni ini ketika disatukan dan dililitkan pada pohon natal, ia menghasilkan sesuatu yang cantik dan menarik. Begitu juga kita. Kita berbeda-beda baik suku, bahasa, warna kulit, sifat tapi karena Tuhan sudah jadikan kita satu sebagai keluarga Allah, maka kita mesti saling membantu, menolong dan menghargai satu dengan yang lain. bukankah itu juga yang sering kita nyanyikan dalam lagu sekolah minggu, bermacam-macam anak di seluruh dunia? Apa kalian masih ingat lagu itu, mari kita nyanyian bersama.
Anak-anak       :Masih, kami masih ingat.
                 Bermacam-macam anak di seluruh dunia, ada yang sawo matang dan putih kulitnya.
Ada yang berambut pirang dan berambut hitam, tapi di dalam sama semuanya.
Tika          :Lalu bagaimana dengan lilin-lilin ini, apakah juga sebuah lambang?

Guru 2     :Tepat sekali. Lilin juga adalah lambang. Dia melambangkan tentang tugas Tuhan Yesus dalam dunia. Ingatkah kalian waktu penginjil Yohanes memulai ceritanya tentang Yesus, ia bilang Yesus itu sebagai terang dunia. Dia katakan bahwa Terang itu sudah datang ke dalam dunia dan menerangi kegelapan. Lilin ini adalah lambang dari Terang itu, yakni Tuhan Yesus sendiri. Dia datang untuk mengusir kegelapan dalam kehidupan kita. Ia datang untuk menuntun jalan hidup kita, seperti kata Daud dalam Mazmur. Ia datang untuk menyatu dengan kita dan menolong kita.
                 Cara Ia menolong kita adalah dengan memberikan diriNya meleleh dan akhirnya hilang dari pandangan mata. Itu semua dilakukanNya dalam rangka menolong kita supaya kita selamat. Tuhan Yesus buat itu dalam peristiwa kematianNya. Tapi Tuhan Yesus tidak mati selama-lamanya. Ia mati 3 hari lalu bangkit supaya kita juga yang nanti mati fisik, jasmani akan bangkit karena Ia bangkit. Asal kita melekat padaNya.
Guru 1     :Dalam karya Tuhan Yesus untuk menyelamatkan kita, Tuhan menjalankan 3 jabatan, yaitu raja, nabi Imam.
                 Sebagai raja, Tuhan itu adalah penguasa kehidupan ini. Dia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi Ia bukan penguasa yang main pukul, main perintah seenaknya. Yang hanya memikirkan diriNya sendiri. berbuat semena-mena. Ia adalah penguasa yang kekuasaanNya berlaku atas bumi dan Sorga, Tuhan ajar itu dalam doa Bapa kami.
                 Sebagai raja, Tuhan menggunakan kuasaNya untuk menolong kita. Membyat kehidupan kita jauh lebih baik karena Ia sayang pada kita. Semua itu mau kasih tahu kepada kita supaya kita juga mesti baku sayang satu dengan yang lain. Jadi teman yang baik bagi sesama. jadi anak yang baik dan taat orang tua dan jadi siswa yang rajin dan patuhi aturan sekolah.
                 Selanjutnya sebagai nabi, Tuhan Yesus adalah Tuhan yang mengajar dan menyampaikan kebenaran dalam setiap apa yang diucapkanNya. Segala apa yang diucapkanNya, selalu bawa sukacita bagi kita. Ini juga mau kasih ingat dan ajar kita supaya kita jaga mulut kita kalau bicara agar jangan yang kasar, penuh maki dan penuh tipuan.
                 Dan yang terakhir sebagai imam, Tuhan Yesus mati ganti kita untuk keselamatan kita, sehingga kita jadi anak-anakNya dan bisa kelak berada di sorga rumah Bapa.
Nini          :Ternyata semua ada artinya ya. Tapi saya mau tanya, boleh kah kalau natal kita minta baju baru? Atau kita mesti pakai baju baru saat natal?
Guru 2     :Memakai baju baru boleh-boleh saja, tapi itu bukan keharusan. Kalau orang tua kita mampu dan membelikan kita baju baru, pakailah itu. Kalau orang tua kita belum bisa beli yang baru jangan marah, jangan sedih untuk tidak bisa ikut natal karena yang dipentingkan dari natal bukan baju baru tapi hati yang baru.
Alma        :Hati yang baru? Apa itu? Maksudnya sama dengan ganti hati?
Guru 2     :Bukan maksudnya ganti hati, tetapi hati yang baru itu mau kasih ingat kita untuk menyiapkan hati kita, diri kita untuk menyambut Tuhan masuk dalam hati kita. Masih ingat to yang tadi pak bilang tentang arti natal, mau damai berarti kita juga harus berdamai dengan orang lain. mau punya hati yang baru berarti hidup kita mesti kita buat seperti arti kapas dan kertas tadi. rajin sekolah minggu, patuh orang tua, jaga sikap, jaga mulut, jangan malawan orang tua, jangan buat jahat dan dosa. Itulah arti hati yang baru itu. Kita buat itu bukan hanya saat mau natal atau natal saja, atau saat bulan Desember saja, tetapi mesti setiap saat dalam kehidupan kita.
Guru 1     :Anak-anak, sebaiknya kita cepat selesaikan tugas kita. Yang dapat tugas nyalakan lilin sebaiknya siap-siap sudah karena sebentar kita akan mulai menyalakan lilin ini. Anak-anak yang menyanyikan malam kudus siapkan diri dan suara kalian untuk kita menyanyikannya. Yang lain cepat rapihkan tempat ini karena ibadah natal sudah akan kita mulai.
== semua anak dan guru segera membereskan barang yang berserakan di bawah pohon natal, petugas nyalakan lilin mulai bersiap dan selanjutnya setelah semua sudah rapi anak-anak yang dapat peran percakapan kembali ke tempat duduk mereka, guru mempersilahkan semua peserta ibadah berdiri dan menyanyikan lagu malam kudus untuk menyalakan lilin. Petugas masuk menyalakan lilin ==

== Catatan Tambahan: susunan Liturginya: Persiapan, Votum-Salam, Introitus, Berita Natal (baca Lukas 2:1-7), Perenungan Natal dalam bentuk Percakapan Natal ini, Penyalaan Lilin Natal, Persembahan, Doa Natal, Berkat ==


[1] Pdt. GMIT, Ketua Majelis Jemaat Pohonitas Manulai II 2014-2015